9 Nama Derajat/ Tingkatan Waliyyullah

Advertisement
Advertisement

http://wa-emief.blogspot.com/2015/09/9-nama-derajat-tingkatan-waliyullah.html


9 Nama Derajat/ Tingkatan Waliyyullah - Apa  Dan Siapa  Waliyullah Itu ?
Kalimat Wali (walinya Allah) atau auliya’ berasal dari kata yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Hadis. Namun sering diartikan secara sempit saja. Bahkan  sering diberi arti yang sangat jauh dari konsep al-Qur’an dan al-Hadits. Misalnya bila ada orang yang dapat berjalan diatas air atau angkasa, atau dapat mengetahui sebagian dari hal-hal yang akan terjadi (ghaib), segera saja kita simpulkan bahwa orang tersebut adalah waliyullah. Memang, kebanyakan dari para auliyaa’illah memiliki kemampuan seperti tersebut. Namun, belum tentu orang tersebut adalah waliyyullah. Agar kita berhati-hati dalam menyimpulkan sesuatu, perlu mengingat firman Allah Swt, Qs. al-Ma’idah : 45 :

 وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا اَنْزَلَ اللهُ فَاوُلَئِكَ هُمُ الظَالِمُون
     Dan barang siapa yang tidak memutuskan hukum dengan memakai ketentuan (pedoman) yang diturunkan oleh Allah, maka ia adalah golongan orang-orang dhalim.

Dalam memandang dan memahami waliyyullah tidak boleh hanya sekedar, bahkan berdasar kondisi luarnya saja. Dalam memahaminya, haruslah merujuk kepada al-Qur’an dan hadis. Sedangkan hal yang luar biasa yang dimiliki oleh waliyyullah hanya dijadikan sebagai pendukung belaka bukan sebagai penentu kewalian. Secara umum, kalangan awam melihat waliyullah dari sisi karomah hissi (lahiriyah) saja. Padahal mungkin juga terjadi seorang waliyullah tidak memiliki karomah hissi, serta dimusuhi dan dihina oleh ulama lain dan masyarakat. Dan mungkin juga, seorang ulama, disanjung dan dipuja-puja oleh masarakat , namun bukanlah waliyullah.

Al-Ghauts fii Zamanihi Syeh An-Nabhani Ra, dalam kitabnya Jami’ Karamah al-Auliya, menerangkan : bahwa karamah itu terbagi dalam dua bagian : karamah hissiy (lahiriyah) dan karomah maknawi(batiniyah). Dan orang awam tidak dapat mengetahuinya, kecuali karamah hissiy. Misalnya, jika ada orang dapat terbang tanpa alat, dapat mengetahui perkara samar yang akan terjadi atau yang telah berlalu, atau mampu melihat sesuatu yang berada dalam jarak ratusan kilometer. Sedangkan karamah maknawi tidak dapat diketahui kecuali dari golongan mukmin yang memiliki derajat yang tinggi/keimanan yang tinggi.

اِعْلَمْ مَنْ أَرَادَ شَيْئًا فَأْعْطَاهُ اللهُ  مُرَادَهُ لَمْ يَدُلْ ذَالِكَ عَلَى كَوْنِ ذاَلِكَ 

 العَبْدِ وَجِيْهًا لَهُ عِنْدَالله تعالى. قَدْ يَكُوْنُ اِكْرَامًا لِلْعَبْدِ و َقَدْ يَكُونُ اِسْتِدْ رَاجًا
 Ketahuilah, orang yang menginginkan sesuatu, dan Allah memberikannya. Pemberian itu belum 
tentu menunjukkan bahwa ia berkedudukan tinggi dihadapan Allah Swt. Kadang pemberian 
tersebut, sebagai karomah, dan kadang sebagai istidraj.

Jadi, pemilik asma atau pangkat waliyullah adalah orang yang sadar bahwa hanya Allah Swt yang menguasai, menolong serta melindunginya. Dan karenanya, meskipun ia berkumpul bersama-sama makhluk tetapi ia tidak memandang terhadap makhluknya tetapi yang ada hanyalah Alloh Swt yang mempunyai /menguasai alam serta isinya  (terutama Rasulullah Saw dan al-Ghauts Ra), hatinya tetap dan senantiasa bersama Allah Swt/ selalu bersaksi kepada Alloh,Tuhan Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi.Dengan kata lain, waliyullah Ra, adalah orang yang telah dapat menghayati, mengabdikan dirinya dan menerapkan makna :

 حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيْلِ, نِعْمَ المَوْلَى وَنِعْمَ النَصِيرِْ 
 Telah cukup bagi kami bergantung kepada Allah. Dia adalah paling nikmatnya tempat berserah diri, senikmat-nikmatnya berlindung serta senikmat-nikmatnya tempat mencari pertolongan.

Syaikh Abu Hasan Ali Hujwiri dalam kitabnya yang berjudul Kasyf Al-Mahjub, mengatakan bahwa wali Akhyar sebanyak 300 orang, wali Abdal sebanyak 40 orang, wali Abrar sebanyak 7 orang, wali Autad sebanyak 4 orang, wali Nuqaba sebanyak 3 orang, dan wali Qutub atau Ghauts sebanyak 1 orang. Arabi dalam kitabnya al-Futuhat al-Makkiyyah membuat pembagian tingkatan wali dan kedudukannya. Jumlah mereka sangat banyak, ada yang terbatas dan yang tidak terbatas. Sedikitnya terdapat 9 tingkatan, secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut:

Berikut Di Bawah Ini 9 Nama Derajat/ Tingkatan Waliyyullah :

1.Wali Abdal
Abdal berarti pengganti. Dinamakan demikian karena jika meninggal di suatu tempat, mereka menunjuk penggantinya. Jumlah Wali Abdal sebanyak tujuh orang, yang menguasai ketujuh iklim.
Pengarang kitab Futuhatul Makkiyah dan Fushus Hikam yang terkenal itu, mengaku pernah melihat dan bergaul baik dengan ke tujuh Wali Abdal di Makkatul Mukarramah.

Pada tahun 586 di Spanyol, Ibnu Arabi bertemu Wali Abdal bernama Musa al-Baidarani. Abdul Madjid bin Salamah sahabat Ibnu Arabi pernah bertemu Wali Abdal bernama Mu’az bin al-Asyrash. Beliau kemudian menanyakan bagaimana cara mencapai kedudukan Wali Abdal. Ia menjawab dengan lapar, tidak tidur dimalam hari, banyak diam dan mengasingkan diri dari keramaian.

2. Wali Nuqoba’
Nuqaba'  berasal dari kata tunggal Naqib yang memiliki arti kepala kaum. Jumlah mereka sebanyak 12 orang dalam setiap masa. Allah memahamkan mereka tentang hukum syariat. Dengan demikian mereka akan segera menyadari terhadap semua tipuan hawa nafsu dan iblis. Jika Wali Nuqobaa melihat bekas telapak kaki seseorang diatas tanah, mereka mengetahui apakah jejak orang alim atau bodoh, orang baik atau tidak.

3. Wali Aimmah
  Aimmah berasal dari kata tunggal imam yang memiliki arti pemimpin. Pembantu Wali Quthub. Posisi mereka menggantikan Wali Quthub jika wafat. Jumlahnya dua orang dalam setiap masa. Seorang bernama Abdur Robbi, bertugas menyaksikan alam malakut. Dan lainnya bernama Abdul Malik, bertugas menyaksikan alam malaikat.

4. Wali Autad
Autad berasal dari kata tunggal Al Watad yang memiliki arti pasak. Jumlahnya empat orang. Berada di empat wilayah penjuru mata angin, yang masing-masing menguasai wilayahnya. Pusat wilayah berada di Kakbah. Kadang dalam Wali Autad terdapat juga wanita. Mereka bergelar Abdul Haiyi, Abdul Alim, Abdul Qadir dan Abdu Murid.

5. Wali Nujaba’
An Nujaba berasal dari kata tunggal Najib yang memiliki arti bangsa yang mulia. Wali Nujaba? pada umumnya selalu disukai orang. Dimana saja mereka mendapatkan sambutan orang banyak. Kebanyakan para wali tingkatan ini tidak merasakan diri mereka adalah para wali Allah. Yang dapat mengetahui bahwa mereka adalah wali Allah hanyalah seorang wali yang lebih tinggi derajatnya. Setiap masa jumlah mereka hanya tidak lebih dari delapan orang.
  
6. Wali Hawariyyun
Hawariyyun berasal dari kata tunggal Hawariy yang memiliki arti penolong, pembela. Ia adalah orang yang membela agama Allah, baik dengan argumen maupun senjata. Pada zaman nabi Muhammad sebagai Hawari adalah Zubair bin Awam. Allah menganugerahkan kepada Wali Hawariyyun ilmu pengetahuan, keberanian dan ketekunan dalam beribadah.

7. Wali Rajabiyyun
Rajbiyun berasal dari kata tunggal Rajab. Dinamakan demikian, karena karomahnya muncul selalu dalam bulan Rajab. Jumlah mereka sebanyak 40 orang. Terdapat di berbagai negara dan antara mereka saling mengenal. Wali Rajabiyyun dapat mengetahui batin seseorang. Wali ini setiap awal bulan Rajab, badannya terasa berat bagaikan terhimpit langit. Mereka berbaring diatas ranjang dengan tubuh kaku tak bergerak. Bahkan, akan terlihat kedua pelupuk matanya tidak berkedip hingga sore hari. Keesokan harinya perasaan seperti itu baru berkurang. Pada hari ketiga, mereka menyaksikan peristiwa ghaib.

Apabila bulan Rajab berakhir, bagaikan terlepas dari ikatan lalu bangun. Ia akan kembali ke posisinya semula. Jika mereka seorang pedagang, maka akan kembali ke pekerjaannya sehari-hari sebagai pedagang.

8. Wali Aqtab
Aqtab berasal dari kata tunggal Al Qutub yang memiliki arti penghulu. Dari sini dapat kita simpulkan
bahwa Al Aqtab adalah derajat kewalian yang tertinggi. Jumlah wali yang memiliki derajat tersebut
hanya terbatas seorang saja untuk setiap waktunya. Seperti Abu Yazid Al Busthami dan Ahmad Ibnu
Harun Rasyid Assity. Di antara mereka ada yang memiliki posisi di bidang pemerintahan, meskipun
tingkatan taqarrubnya juga mencapai derajat tinggi, seperti para Khulafa Ur Rasyidin, Al Hasan Ibnu
Ali, Muawiyah Ibnu Yazid, Umar Ibnu Abdul Aziz dan Al Mutawakkil.

9. Wali Khatamiyun
Khatamiyun berasal dari kata Khatam yang memiliki arti penutup atau penghabisan. Maksudnya
derajat Al Khatamiyun adalah sebagai penutup para wali. Jumlah mereka hanya seorang. Tidak ada
derajat kewalianumat Muhammad yang lebih tinggi dari tingkatan ini. Derajat wali ini hanya akan ada
di akhir masa, yaitu ketika Nabi Isa as.datang kembali.

Tentang keberadaan mereka hanya dapat diketahui secara kasyaf. Setiap waktunya dunia tidak pernah kosong dari keberadaan mereka. Mereka memiliki budi pekerti Ilahi, mereka sangat dekat disisi Allah. Doa mereka selalu diterima oleh Allah. Mereka senang dengan doa: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami suka menganiaya diri kami. Jika Engkau tidak berkenan memberi ampunan dan kasih sayang kepada kami, pasti kami akan termasuk orang-orang yang rugi ".

Jumlah para Auliya yang berada dalam manzilah-manzilah ada 356 sosok, yang mereka itu ada dalam kalbu Adam, Nuh, Ibrahim, Jibril, Mikail, dan Israfil. Dan ada 300, 40, 7, 5, 3 dan 1. Sehingga jumlah kerseluruhan 356 tokoh. Hal ini menurut kalangan Sufi karena adanya hadits yang menyebut demikian.

Sedangkan menurut Syaikh al-Akbar Muhyiddin ibnu ‘Arabi (menurut beliau muncul dari mukasyafah) maka jumlah keseluruhan Auliya yang telah disebut diatas, sampai berjumlah 589 orang. Diantara mereka ada satu orang yang tidak mesti muncul setiap zaman, yang disebut sebagai al-Khatamul Muhammadi, sedangkan yang lain senantiasa ada di setiap zaman tidak berkurang dan tidak bertambah. Al-Khatamul Muhammadi pada zaman ini (zaman Muhyiddin ibnu ‘Arabi), kami telah melihatnya dan mengenalnya (semoga Allah menyempurnakan kebahagiaannya), saya tahu ia ada di Fes (Marokko) tahun 595 H. Sementara yang disepakati kalangan Sufi, ada 6 lapisan para Auliya, yaitu para Wali: Ummahat, Aqthab, A’immah, Autad, Abdal, Nuqaba dan Nujaba.

Pada pertanyaan lain : Siapa yang berhak menyandang Khatamul Auliya sebagaimana gelar Khatamun Nubuwwah yang disandang oleh Nabi Muhammad saw?.

Ibnu Araby menjawab :
Al-Khatam itu ada dua: Allah menutup Kewalian (mutlak), dan Allah menutup Kewalian Muhammadiyah. Penutup Kewalian mutlak adalah Nabi Isa Alaihissalaam. Dia adalah Wali dengan Nubuwwah Mutlak, yang kelak turun di era ummat ini, dimana turunnya di akhir zaman, sebagai pewaris dan penutup, dimana tidak ada Wali dengan Nubuwwah Mutlak setelah itu. Ia disela oleh Nubuwwah Syari’at dan Nubuwwah Risalah. Sebagaimana Nabi Muhammad saw sebagai Penutup Kenabian, dimana tidak ada lagi Kenabian Syariat setelah itu, walau pun setelah itu masih turun seperti Nabi Isa As, sebagai salah satu dari Ulul ‘Azmi dari para Rasul dan Nabi mulia. Maka turunnya Nabi Isa sebagai Wali dengan Nubuwwah mutlaknya, tetapi aturannya mengikuti aturan Nabi Muhammad saw, bergabung dengan para Wali dari ummat Nabi Muhammad lainnya. Ia termasuk golongan kita dan pemuka kita.



Advertisement